Langsung ke konten utama

Pengendalian Ulat Bulu Tidak Sulit dan Sudah Dilakukan


Menteri Pertanian Dr. Suswono dalam konferensi pers di Kementerian Pertanian Jum'at 8 April 2011 menyampaikan bahwa ledakan hama ulat bulu khususnya di Probolinggo, Jawa Timur tidak mengganggu tanaman padi dan jagung dan hanya menyerang 1,2% dari populasi pohon mangga di wilayah tersebut. Penyebab ledakan hama ulat bulu tersebut karena perubahan faktor pembatas seperti perubahan kondisi lingkungan dan penurunan jumlah predator antara lain semut rangrang dan burung yang banyak ditangkap.

Pengendalian hama ulat bulu ini sebenarnya tidak sulit dan sudah dilakukan.. Upaya pengendalian yang disarankan adalah : 1) Pengamatan populasi ulat bulu pada permukaan daun bagian bawah diperlukan agar populasinya dapat dipantau sesegera mungkin; 2) Pengasapan, pengumpulan dan pemusnahan ulat dan pupa sangat dianjurkan; 3) Penggunaan agen hayati Metarhizum sp, Beauveria sp. atau Verticillium sp; 4) Penyemprotan insektisida yang efektif dilakukan secara massal dan serentak; 5) Langkah pengendalian jangka panjang dilakukan identifikasi lebih lanjut tentang biologi ulat, agroekologi ulat.

Berdasarkan pengamatan peneliti BPTP, BPTPH Jawa Timur dan IPB di lapangan, menyebutkan bahwa ulat bulu yang menyerang di Kabupaten Probolinggo terdiri dari 2 spesies dari famili Lymantriidae yakni Lymantria marginata dan Arctornis submargarita.

** litbang.deptan

Komentar

  1. ada yang menarik, dalam teori pagebluk pranata mangsa... ada perubahan yang sama tiap 64 tahun... teori pranata mangsa jawa telah menjadi penelitian khusus di luar negeri menghadapi fenomrna perubahan iklim global yang cenderung membuat rawan pangan

    BalasHapus
  2. ada yang menarik, dalam teori pagebluk pranata mangsa... ada perubahan yang sama tiap 64 tahun... teori pranata mangsa jawa telah menjadi penelitian khusus di luar negeri menghadapi fenomrna perubahan iklim global yang cenderung membuat rawan pangan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer