Langsung ke konten utama

JENIS DAN KARAKTERISTIK KAMBING LOKAL INDONESIA

Gambar Pejantan Kambing Peranakan Etawa
Di Indonesia memiliki beberapa jenis kambing loka; yang memiliki potensi yang baik yang tersebar hamper di seluruh Indonesia. Banyaknya kambing persilangan menyebabkan kambing lokal di Indonesia menjadi semakin terpuruk. Hal tersebt dikarenakan kualitas genetic kambing likal masih kalah dengan kambing lokal. Namun hal tersebut tidak dapat mengakibatkan kambing lokal sudah tidak diternakan lagi. Justru pada saat ini banyak peternak yang mulai mengembangkan kambing lokal. Berikut adalah beberapa jenis kambing lokal Indonesia:
A.    Kambing Marica
Kambing Marica yang terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endangered). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopheng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.
Table 1. Karakteristik morfologik tubuh kambing Marica
No
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
20,26
22,8
2
Panjang badan/cm
56,4
58,6
3
Tinggi pundak/cm
55,7
57,6
4
Tinggi pinggul/cm
50,6
59,7
5
Lingkar dada/cm
54,4
51,7
6
Lebar dada/cm
15,9
15,6
7
Dalam dada/cm
27,6
23,2
8
Panjang Tanduk/cm
7,4
12,1
9
Panjang telinga/cm
10,3
11,6
10
Lebar telinga/cm
6,1
5,9
11
Type telinga
Tegak
Tegak
12
Panjang ekor/cm
11,6
11,3
13
Lebar ekor/cm
3,9
3,6


Di duga jumlah populasi kambing ini secara perlahan-lahan mengalami pengurangan dan sudah mulai susah dijumpai. Namun pada daerah topografi tanah perbukitan dan berbatu-batu sekitar pantai, ternak ini nampaknya dapat beradaptasi sangat baik dengan kondisi rumput yang minim dan kering pada musim kemarau. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif. Kambing ini memiliki karakteristik yang hamper sama dengan kambing kacang, namun terdapatperbedaan pada penampilan tubuh lebih kecil dibanding kacang, telinga berdiri menghadap samping arah ke depan, tanduk relatif kecil dan pendek.
 B.     Kambing Samosir

Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Kondisi Kabupaten Samosir adalah iklim kering dataran tinggi berbukit. Dengan selang waktu yang lama dan beradaptasi dengan kondisi alam yang cenderung kering berbatu-batu serta topografi berbukit ternak kambing di duga mengalami proses seleksi dan beradaptasi dengan lingkungan di Pulau Samosir sehingga membentuk kambing yang spesifik lokasi yang disebut kambing Samosir atau kambing Batak oleh orang penduduk setempat.
Asal usul kambing tersebut tidak dapat diketahui secara pasti, namun secara historis kambing ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk keperluan upacara adat setempat seperti perencanaan pembangunan rumah, pernikahan, pembangunan tugu /makam dan acara ritual tolak bala. Kambing yang dipersembahkan untuk acara tersebut adalah kambing jantan putih mulai dari tubuh, kepala, kaki, tanduk dan kuku.
Bobot badan kambing Samosir ini lebih besar jika dibandingkan dengan kambing Marica, atau hampir sama besarnya dengan kambing Kacang, tetapi ciri khas yang paling menonjol adalah warna bulu putihnya sangat dominan. Warna tanduk dan kukunya juga agak keputihan. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistim lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.


Table 2. Penyebaran warna tubuh kambing spesifik lokal Samosir
Bagian tubuh
Warna
Hitam
Putih
Belang putih hitam
n
%
n
%
n
%
Leher
83
84,57
0
0
14
14,43
Kepala
56
60,82
0
0
41
38,18
Kaki
58
59,79
0
0
39
40,21
Ekor
86
88,66
0
0
11
11,34
Tanduk
48
49,48
22
22,68
27
27,84
Kuku
42
43,30
24
24,74
31
31,96

Table 3. Karakteristik morfologik tubuh kambing Samosir
Parameter
± 1 tahun (gigi susu)
Betina Dewasa
Jantan Dewasa
N (ekor)
20
64
13
Pj.badan/cm
46,61±4,16
57,61±5,33
52,41±5,61
Tg.pundak/cm
43,27±4,45
50,65±5,28
48,30±6,37
Tg.pinggul/cm
45,42±5,66
53,22±5,43
50,62±5,21
Lkr.dada/cm
42,52±4,26
57,23±4,92
51,65±4,37
Dlm dada/cm
18,87±3,73
28,67±4,21
21,41±4,12
Lbr dada/cm
12,68±2,87
17,72±2,13
14,87±2,16
Pj. Tanduk/cm
4,53±2,38
7,61±4,23
11,37±2,11
Pj.telinga/cm
8,78±1,22
9,48±1,46
10,26±1,68
Lbr telinga/cm
6,16±1,10
7,53±0,37
6,43±0,83
Type telinga
Tegak
Tegak
Tegak
Pj ekor/cm
7,26±0,93
10,21±1,07
10,33±1,26
Lbr ekor/cm
2,18±0,33
3,72±0,27
3,49±0,48
Garis muka
Lurus
Lurus
Lurus
Bobot badan,Kg
14,33±3,08
26,23±5,27
20,13±4,47









C.     Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara lebih besar dibandingkan dengan kambing Kacang dan diduga kambing prolifik. Dari hasil wawancara dengan petani setempat kambing ini dulunya di datangkan oleh pemerintah setempat, tetapi pada saat pertama didatangkan banyak kambing yang mati akibat manajemen pemeliharaan kambing yang masih sangat tradisional dan dilepaskan sepanjang hari dilingkungan pedesaan. 
Kambing Muara ini juga sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini di duga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
Table 4. Karakteristik morfologik tubuh kambing Muara
No.
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
49,4
68,3

2
Panjang badan/cm
75,8
96,3

3
Tinggi pundak/cm
69,7
87,6

4
Tinggi pinggul/cm
72,2
89,2

5
Lingkar dada/cm
84,5
98,7

6
Lebar dada/cm
18,6
38,5

7
Dalam dada/cm
38,7
50,7

8
Panjang Tanduk/cm
13,4
27,2

9
Panjang telinga/cm
18,3
19,4

10
Lebar telinga/cm
8,3
8,8

11
Type telinga
Jatuh
Jatuh

12
Panjang ekor/cm
10,5
9,7

13
Lebar ekor/cm
4,6
5,2

Rata-rata bobot badan dewasa atau induk adalah sekitar 49,4 Kg dan pejantan dewasa sekitar 68,3 Kg. Dari penampilannya kambing ini termasuk tipe pedaging tetapi kemungkinan di duga bisa juga di kembangkan sebagai kambing tipe perah. Hal ini didasarkan penampilan ambing susu juga relatif lebih besar sehingga dapat meproduksi susu lebih banyak. Dibandingkan dengan kambing Kacang dan Peranakan Ettawah (PE), kambing Muara ini nampaknya lebih baik dari segi produksi dagingnya. Lebar dan dalam dada kambing Muara lebih panjang jika dibandingkan dengan kambing PE, bentuk badannya bulat, cenderung mengarah kemiripan dengan tubuh kambing Boer. Bentuk telinga kambing Muara agak panjang dan jatuh tetapi telinga PE lebih panjang dan hidung tidak melengkung seperti kambing Boer atau PE. Tanduk sedang serta panjang badan lebih panjang dibandingkan dengan kambing Kacang.

D.    Kambing Kosta
Lokasi penyebaran kambing Kosta dilaporkan ISA (1953) dalam Setiadi et al., (1997) ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek dan berbulu pendek. Kambing ini diduga terbentuk dari persilangan kambing Kacang dengan salah satu rumpun kambing impor (Khasmir/Angora/Etawah). 
Table 5. Karakteristik morfologik tubuh kambing Kosta
No.
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
24,4
46,5
2
Panjang badan/cm
60,9
74
3
Tinggi pundak/cm
56,9
73,5
4
Tinggi pinggul/cm
60,5
75
5
Lingkar dada/cm
68,2
83
6
Lebar dada/cm
13,9
21
7
Dalam dada/cm
-
-
8
Panjang Tanduk/cm
9,4
19,5
9
Panjang telinga/cm
13,8
19
10
Lebar telinga/cm
-
-
11
Type telinga
Tegak
Tegak
12
Panjang ekor/cm
10,3
15,5
13
Lebar ekor/cm
3,7
5
Dari hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61%), coklat tua (20%), coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih. Persentase sebaran warna; satu warna 38%, dua warna 56%, dan 3 warna 6%. Hasil pengamatan Setiadi et al., (2000) pada kondisi eksitu menunjukkan bahwa rataan lama bunting kambing Gembrong adalah 146,33 hari dengan kisaran 142-148 hari. Rataan jumlah anak sekelahiran sebesar 1,71. Ini menunjukkan kambing Kosta cukup prolifik dengan rataan bobot lahir untuk kelahiran tunggal 1,9 Kg dan kelahiran kembar 1,49 Kg. Permasalahan pengembangan kambing Gembrong adalah masih tingginya laju mortalitas anak periode pra-sapih umumnya pada minggu pertama setelah kelahiran yakni sebesar 42,16 %.

E.     Kambing Gembrong
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Dari berbagai ukuran yang didapat (panjang tubuh, tinggi pundak, lingkar dada dan tinggi pinggul) ternyata kambing Gembrong ini lebih kecil dari kambing PE namun lebih besar dari kambing Kacang. Semakin besar ukuran permukaan tubuh, semakin berat bobot badannya. Dari pengamatan ini didapatkan berat badan betina dewasa adalah 27,6 kg. Bobot badan kambing Gembrong lebih rendah dari kambing PE betina dewasa (40,2 kg) dan kambing Jawa randu betina dewasa (28,7 kg), Namun sedikit lebih tinggi dari kambing Kacang (23,8 kg) (SETIADI et al.,1997).
Table 6. Karakteristik morfologik tubuh kambing Gembrong
No.
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
27,6
42
2
Panjang badan/cm
62,6
71,5
3
Tinggi pundak/cm
64,2
66
4
Tinggi pinggul/cm
66,6
69
5
Lingkar dada/cm
70,9
76,5
6
Lebar dada/cm
14,1
17
7
Dalam dada/cm
-
-
8
Panjang Tanduk/cm
10,1
18,5
9
Panjang telinga/cm
17,1
18,5
10
Lebar telinga/cm
-
-
11
Type telinga
Tegak
Tegak
12
Panjang ekor/cm
12,1
14,5
13
Lebar ekor/cm
4,1
5












Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian pra-sapih sebesar 20%.

F.     Kambing Peranakan Ettawah (PE)
Kambing Peranakan Ettawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawah (asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawah tetapi lebih kecil. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau Jawa randu yang merupakan tipe pedaging.
Ciri khas kambing PE antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang, bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal. Warna bulu ada yang tunggal; putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam.
Gambar 6. Kambing peranakan Ettawah (PE) hampir menyebar diseluruh Indonesia
Tabel 7. Karakteristik morfologik tubuh kambing Peranakan Ettawah (PE)
No.
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
40,2
60
2
Panjang badan/cm
81
81
3
Tinggi pundak/cm
76
84
4
Tinggi pinggul/cm
80,1
96,8
5
Lingkar dada/cm
80,1
99,5
6
Lebar dada/cm
12,4
15,7
7
Dalam dada/cm
-
-
8
Panjang Tanduk/cm
6,5
15
9
Panjang telinga/cm
12
15
10
Lebar telinga/cm
-
-
11
Type telinga
Jatuh
Jatuh
12
Panjang ekor/cm
19
25
13
Lebar ekor/cm
2,5
3,6

G.    Kambing Kacang
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana.
Ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor.
Table 8. Karakteristik morfologik tubuh kambing Kacang
No
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
22
25
2
Panjang badan/cm
47
55
3
Tinggi pundak/cm
55,3
55,7
4
Tinggi pinggul/cm
54,7
58,4
5
Lingkar dada/cm
62,1
67,6
6
Lebar dada/cm
-
-
7
Dalam dada/cm
-
-
8
Panjang Tanduk/cm
7
7,8
9
Panjang telinga/cm
4
4,5
10
Lebar telinga/cm
-
-
11
Type telinga
Tegak
Tegak
12
Panjang ekor/cm
12
12
13
Lebar ekor/cm
2
2,5
Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg.

H.    Kambing Benggala
Kambing Benggala di duga merupakan hasil persilangan kambing Black Benggal dengan kambing Kacang yang diduga dibawa pedagang bangsa Arab yang datang ke daerah sekitar Pulau Timor dan Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur sebelum Jaman Penjajahan Hinda Belanda. Dengan selang waktu yang sudah ratusan tahun melalui persilangan kambing tersebut mengalami penghanyutan genetik dan beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Kambing Benggala secara umum lebih besar dari kambing Kacang, umumnya di dominasi warna hitan dan yang sedikit berwarna kecoklatan. Ciri khas dari kambing ini antara lain: Bentuk telinga sedang, lurus kesamping dan kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh seperti patah di ujung, garis muka lurus tidak cembung seperti Peranakan Ettawah (PE), garis punggung lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan kulit tetapi tidak pajang atau tebal, penampilan ambil sedang, tanduk tegak ke belakang.
Berat rata-rata kambing Benggala umur 6 bulan sekitar 13.8 kg, umur 9 bulan sekitar 18.9 kg, umur 1 tahun (1 pasang gigi permanent) sekitar 22 kg, umur diatas 2 tahun (2 pasang gigi permanent) sekitar 25.8 kg, umur 3-4 tahun rata-rata bobot badan 31 kg. Induk kambing Benggala rata-rata bobot badannya 37.9 kg (35-41 kg) dan Pejantan kambing Benggala rata-rata 40 kg (40-52.5kg). Berat badan kambing Benggala termasuk tipe sedang lebih besar dar kambing Kacang dan lebih kecil dari kambing Peranakan Ettawah (PE). Kambing ini termasuk tipe pedaging (kambing potong) dan biasanya cukup prolific (jumlah anak sekelahiran lebih dari satuk/kembar). Kambing Benggala mempunai ambing susu cukup bagus sehingga produksi susu relatip cukup untuk kebutuhan anak walaupun kembar 2 atau tiga pada saat pra sapih.
Rata-rata panjang tengkorak kambing Benggala dewasa antara 17,8-19 cm, tinggi tengkorak antara 13,5-14 cm, lebar tengkorak antara 11,5-14,5cm. Sedangkan tinggi canon antara 17,8-19,3 cm dan lingkar canon antara 14-18,3 cm.
Table 9. Karakteristik morfologik tubuh kambing Benggala
Uraian

            
Umur (bulan)/ berdasarkan gigi seri tetap (cm)
±6
±9
1 psg
2 psg
>3 psg
Induk
Pejantan
12
18
9
8
8
3
4
Bobot (kg)
13,8
18,9
22
25,8
31
37,9
40
Pj.badan (cm)
50
57,2
60,1
60,9
65,1
72,8
77,3
Tg pundak
46,9
46,3
49,0
58
58,3
59
69,7
Tg pinggul
42,4
49,8
47,8
60,4
60,5
62,7
74
Ling. dada
56,6
63,5
65,4
69,7
70,6
78,3
85,7
Lbr dada
42,6
52,4
56,3
58,3
60,3
62
66,6
DlM dada
21
26,2
28,6
29,6
30,3
31
33,5
Pj.Tanduk
1,8
6,4
8
8,8
7
15,2
14,3
Pj.Telinga
14
13,5
14,8
14,9
14,9
18
27
Lbr telinga
4,8
5,9
6
6,2
6,7
6,3
6,8
Type telinga
KM
KM
KM
KM
KM
KM
KM
Pj Ekor
16,0
9,7
11,1
11,1
11,1
13,2
15,5
Lbr Ekor
5
5,6
15,0
17,4
17,4
4,8
6
Pj.Tengkorak
13
13,7
15,1
15,4
15,4
17,8
19
Lb.Tengkorak
8,9
9,8
10,5
10,8
10,8
11,5
14,5
Tg.Tengkorak
9,9
11,8
11,4
11,8
11,9
13,5
14
Tg Canon
14,1
14,2
16,1
16,6
16,6
17,8
19,3
Lk. Canon
13,7
14
14,3
14,4
14,4
14
18,3

Komentar

  1. wah.,.,ternyata kambing jga bisa dklompokn eaw????????

    BalasHapus
    Balasan
    1. so pasti,,, karena setiap jenis kambing memiliki karakteristik yg berbeda-beda, termasuk perbedaan genetik,,,,,

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer