Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan komersil selain dari ikan mas atau gurami. Dikarenakan ikan patin tidak bisa atau sulit untuk memijah sendiri, maka hal itu dapat dilakukan dengan sistem kawin suntik.
Prosesnya adalah sebagai berikut :
SELEKSI INDUKAN
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh ikan patin yang akan dijadikan indukan adalah :
- Berumur 2,5 tahun ke atas.
- Mempunyai bobot 2,5 kg.
- Sedang berada dalam masa produktif.
- Sebelum dipijahkan, induk harus dipelihara secara khusus di kolam indukan.
PROSES PENYUNTIKKAN
- Wadah yang akan digunakan sebagai tempat penyuntikkan dapat berupa karamba jaring berukuran 2 x 1 x 0,5 meter.
- Hormon yang akan digunakan dalam proses ini adalah hormon gonadotropim yang diperoleh dari ikan mas donor.
- Penyuntikkan hanya dilakukan terhadap induk betina saja.
- Penyuntikkan dilakukan sebanyak 2 kali dengan dosis yang berbeda untuk setiap suntikkan.
Penyuntikkan 1 :Dilakukan pada siang hari ; dosisnya 1/3 bagian ; disuntikkan pada bagian punggung atas ; berguna untuk mematangkan telur.
Penyuntikkan 2 :
Dilakukan pada malam hari ; dosisnya 2/3 bagian (ditambahkan HCG) ; disuntikkan pada bagian punggung arah perut ; berguna untuk memisahkan telur yang menggumpal menjadi butiran.
PROSES PEMIJAHAN
- Perbandingan jumlah antara induk jantan dan induk betina yang akan dipijahkan adalah 3 jantan : 1 betina.
- Pemijahan akan terjadi dalam kurun waktu 10 jam pasca penyuntikkan yang ke 2.
- Setelah itu, induk betina diurut untuk mengeluarkan sel telurnya dan induk jantan diurut untuk mengeluarkan sel spermanya.
- Sel telur dan sperma ditempatkan ke dalam sebuah wadah dan lalu diaduk dengan menggunakan bulu.
- Sebelum dipindahkan ke dalam akuarium penetasan, cairan telur dan sperma harus diencerkan dulu dengan bantuan larutan infus.
- Didalam akuarium penetasan, telur disebar secara merata dan airnya diberi larutan methaline blue untuk melindungi telur dari serangan jamur.
PROSES PENDEDERAN
Dalam kurun waktu 9 jam setelah proses pemindahan telur ke dalam akuarium penetasan, telur harus diperiksa untuk mengetahui mana yang akan menetas dan mana yang akan gagal menetas.
Telur yang akan menetas mempunyai warna bening dan telur yang akan gagal menetas mempunyai warna putih susu.
Telur – telur ini akan menetas dalam kurun waktu 15 jam kemudian, dimana setelah menetas dan menjadi larva, mereka harus segera dipindahkan ke dalam akuarium pendederan yang mampu menampung 3.000 3kor larva.
Di dalam akuarium pendederan, suhu air harus selalu dijaga dikisaran 29 – 30 derajat C dengan maksud agar nafsu makan larva ikan patin selalu terjaga. 1 hari pasca penetasan, larva dapat diberi makan 4 jam sekali berupa artemia dan diberikan selama kurang lebih 7 hari.
Menginjak hari ke 8, pakannya dapat diganti dengan cacing sutera dan ketika umurnya sudah mencapai 1 bulan pakannya ikan patin dapat diganti dengan pelet udang yang halus.
(sumber gambar : www.bbc.co.uk)
Dalam kurun waktu 9 jam setelah proses pemindahan telur ke dalam akuarium penetasan, telur harus diperiksa untuk mengetahui mana yang akan menetas dan mana yang akan gagal menetas.
Telur yang akan menetas mempunyai warna bening dan telur yang akan gagal menetas mempunyai warna putih susu.
Telur – telur ini akan menetas dalam kurun waktu 15 jam kemudian, dimana setelah menetas dan menjadi larva, mereka harus segera dipindahkan ke dalam akuarium pendederan yang mampu menampung 3.000 3kor larva.
Di dalam akuarium pendederan, suhu air harus selalu dijaga dikisaran 29 – 30 derajat C dengan maksud agar nafsu makan larva ikan patin selalu terjaga. 1 hari pasca penetasan, larva dapat diberi makan 4 jam sekali berupa artemia dan diberikan selama kurang lebih 7 hari.
Menginjak hari ke 8, pakannya dapat diganti dengan cacing sutera dan ketika umurnya sudah mencapai 1 bulan pakannya ikan patin dapat diganti dengan pelet udang yang halus.
(sumber gambar : www.bbc.co.uk)
Komentar
Posting Komentar