Langsung ke konten utama

Hama dan Penyakit pada Bawang Merah



Pada usaha pertanian khususnya hortikultura, sangatlah penting langkah-langkah dalam penanggulangan hama dan penyakit. Jika masalah ini tidak segera teratasi, masalah produktivitas akan menurun tajam bahkan bisa terancam gagal panen. Sudah seyogyanyalah para petani bawang merah untuk mewaspadai masalah hama dan penyakit tersebut. Berikut ini akan kami berikan macam-macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah beserta pencegahannya.

ULAT BAWANG

Gejala :
Gejala serangan ditandai dengan bercak putih transparan pada daun, karena daging daun dimakan ulat.

Pengendalian :
Pengendalian dapat menerapkan konsep PHT, antara lain : secara mekanik dengan mengumpulkan dan memusnahkan telur dan larva yang biasa disebut jempoli. Sedangkan penyemprotan dengan insektisida efektif dan selektif mulai dilakukan bila kerusakan tanaman mencapai 5%.

Frekuensi penyemprotan 2 - 3 hari sekali atau tergantung kondisi serangannya. Sebaiknya menggunakan pestisida secara bergantian dan agar dihindari mencampur bermacam-macam insektisida menjadi satu karena tidak efektif serta takaran yang digunakan tidak perlu berlebihan.

Sebaiknya menggunakan takaran sesuai petunjuk penggunaannya pada masing-masing obat. Selain itu dapat memasang perangkap yang dilengkapi dengan sex feromon untuk menangkap serangga jantan, sejumlah 40 perangkap / ha.

Perangkap dapat berupa botol plastik berlubang kecil dan didalamnya diikat satu tangkai sex feromon, yang dapat diganti sebulan sekali.

Dengan demikian serangga jantan akan tertangkap sehingga perkawinan akan berkurang dan mengurangi populasi ulat.

PENYAKIT LAYU FUSARIUM

Gejala :
Penyakit ini ditandai dengan tanaman kurus kekuningan dan busuk pangkal serta akarnya sehingga tanaman mudah tercabut.

Pengendalian :
Tanaman yang terserang harus segera dicabut dan dimusnahkan. Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan memberikan obat / fungisida pada tanah sebelum tanah ditanami.

BERCAK UNGU

Gejala :
Ditandai dengan adanya bercak putih dengan pusat keunguan pada daun.

Pengendalian :
Pengendalian dengan cara menyiram tanaman setelah turun hujan atau terkena embun, untuk mengurangi spora penyakit yang menempel pada daun. Selain itu dapat menggunakan fungisida selektif dan efektif.

ANTRAKNOSE

Gejala :
Tanaman yang terinfeksi akan mati dengan cepat dan mendadak. Pada daun terlihat bercak berwarna putih, selanjutnya terbentuk lekukan ke dalam, berlubang dan patah.

Pengendalian :
Penyakit ini cepat sekali menular, sehingga harus segera digunakan fungisida yang efektif dan selektif.

Sebaiknya penyemprotan terhadap hama dan penyakit dilakukan sebelum matahari terbit atau sore hari dengan arah penyemprotan searah angin dan penyemprotan tepat mengenai tanaman / sasarannya sehingga pestisida yang disemprotkan tidak terbuang percuma dan lebih efisien.

Sumber: http://www.infoagrobisnis.com/2009/06/hama-penyakit-pada-bawang-merah.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

Warna Ungu Terong

Sudah tidak asing lagikan dengan terung? Iya, terung yang dalam bahasa Inggris disebut  eggplant merupakan sayuran buah yang biasa kita konsumsi. Tapi, apakah kalian sempat memikirkan kenapa terung berwarna ungu? Beberapa orang kebanyakan pasti akan terlintas pertanyaan seperti itu. Sebenarnya ada beberapa warna pada terung, mulai warna ungu, hijau dan akhir-akhir ini telah ditemukan yaitu berkat kultur jaaringan terung berwarnaa pink, unik bukan? Dengan warna yang menarik tersebut mungkin akan menambah selera makan kita. Tetapi kali ini kita akan membahas dibalik warna ungu pada terung. Terong berwarna ungu karena kandungan antosianin  Warna ungu pada terong terbentuk karena andil dari zat antosianin yang merupakan pigmen pemberi warna ungu. Zat ini Merupakan senyawa flavanoid yang melindungi sel dari sinar ultra violet. Terong ungu kaya akan zat antosianin, sehingga warna ungunya cukup mendominasi pada terong. Zat antosianin mampu berperan dalam menghambat oksidasi dari tok