Langsung ke konten utama

Komputerisasi Irigasi Perkebunan Tebu

Salah satu hal yang menghambat kualitas dan kuantitas produksi tebu adalah tidak meratanya pasokan air. Selama ini sistem irigasi yang dijalankan untuk perkebunan seperti halnya perkebunan tebu kebanyakan masih sederhana. Dalam hal pengaturan pasokan air yang terjadi adalah pengontrolan secara manual.

Hal itu melatarbelakangi Dr Ir Ahmad Munir, staf pengajar Universitas Hasanudin, untuk mengembangkan sistem pengaturan irigasi berbasis komputer. Ahmad mengembangkan sistem akuisisi data cepat untuk mendukung komputerisasi penjadwalan irigasi pada perkebunan tebu.

Ahmad melakukan tiga tahap penelitian yang dilakukannya selama satu tahun. Tahap pertama mengembangkan material sensor dan antar muka dengan menggunakan Programmable Peripheral Interface. Tahap berikutnya dilakukan investigasi konduktivitas dan karakteristik berbagai jenis tanah (tekstur, bahan organik, dan variasi permeabilitas), serta kalibrasi sensor.

Selanjutnya Ahmad menguji sistem yang dikembangkannya di perkebunan tebu Takalar, Sulawesi Selatan. Pada pengujian inilah sistem diintegrasikan dengan sebuah program komputer. Hasilnya, sistem akuisisi data lebih cepat sehingga pengaturan irigasi menjadi lebih akurat.

Referensi : http://www.situshijau.co.id/tulisan.php?act=detail&id=189&id_kolom=15

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer