MESKI pedas, banyak orang gemar makan cabai. Bahkan, sebagian orang merasa makan belum lengkap jika belum disertai dengan sambal. Konon, rasa pedasnya menimbulkan ketagihan. "Tidak ada zat dalam cabai yang menimbulkan ketagihan. Ketagihan muncul karena kebiasaan saja," kata Siti Nurhidayati R. SKM MKes, dosen Akademi Gizi Surabaya.
Apa yang membuat cabai terasa pedas hingga menimbulkan sensasi tersendiri? Biang keladinya capsaisin. Bahan ini tersimpan dalam "urat" putih cabai, tempat melekatnya biji. Jadi, kalau ingin mengurangi rasa pedas pada masakan, buang bagian dalam cabai dan gunakan saja kulitnya.
Capsaisin bermanfaat juga sebagai obat. Caranya, rasa pedas yang ditimbulkan capsaisin menghalangi aktivitas otak ketika menerima sinyal rasa sakit dari sistem saraf pusat. Terhambatnya perjalanan sinyal tersebut akan mengurangi rasa sakit.
Selain itu, cabai mampu merangsang produksi hormon endorfin. Hormon ini bisa disebut morfin alami yang membangkitkan sensasi kenikmatan, yang kemudian memacu selera makan. "Nah, selera makan yang baik mempermudah proses pencernaan bahan makanan. Kalau makan dalam suasana murung, tentu akan lebih lama mengunyah makanannya," papar dia.
Selain pedas, cabai juga mengandung vitamin C dan betakaroten (provitamin A). "Vitamin C dan betakaroten berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh," jelasnya. Dalam 100 gram cabai rawit, terdapat 70 mg vitamin C dan 40.181,9 mikrogram betakaroten. Sedangkan 100 gram cabai merah besar mengandung 18 mg vitamin C dan 1.709 mikrogram betakaroten. Cabai hijau besar mengandung 84 mg vitamin C dan 945,45 mikrogram betakaroten per 100 gram.
Karena mampu membangkitkan selera makan, kapan cabai bisa dikenalkan pada anak? Siti menyebut setelah usia lima tahun. Tentu saja, perkenalan dilakukan secara bertahap dengan membuang sisi dalam cabai. Jika pencernaan anak tidak sanggup, misalnya terjadi diare, jangan diteruskan. "Pada orang tertentu, cabai memacu produksi gas berlebih di lambung hingga berdampak iritasi lambung," ujarnya.
Komentar
Posting Komentar