Peningkatan penduduk yang cepat menyebabkan jumlah bahan pangan yang diperlukan manusia juga akan semakin bertambah, namun dalam kenyataannya peningkatan produksi pangan dunia tidak mampu untuk mengejar kecepatan pertambahan penduduk. Akibat lain dari pertambahan penduduk adalah diperlukannya lahan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan manusia akan tempat tinggal, sehingga lahan pertanian semakin jauh berkurang. Apalagi saat ini sangat banyak lahan subur pertanian dialih fungsikan sebagai tempat aktivitas selain pertanian.
Mengingat masalah tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah perluasan areal pertanian ke arah lahan marjinal. Lahan marjinal merupakan lahan yang bermasalah dan mempunyai faktor pembatas tinggi untuk tanaman. Salah satu lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia adalah lahan pantai, sebab Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu pulau sehingga memiliki pantai yang sangat luas. Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas lahan 1.060.000 ha, secara umum termasuk lahan marginal. Berjuta-juta hektar lahan marginal tersebut tersebar di beberapa pulau, prospeknya baik untuk pengembangan pertanian namun sekarang ini belum dikelola dengan baik. Lahan-lahan tersebut kondisi kesuburannya rendah, sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk memperbaiki produktivitasnya.
Lahan pantai memiliki berberapa kendala apabila akan digunakan sebagai lahan pertanian antara lain lahannya yang berupa pasir, kesuburan tanahnya yang rendah, intensitas cahaya matahari yang tinggi dan kecepatan angin yang tinggi. Untuk itu dibutuhkan suatu manipulasi lahan agar lahan pantai dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Manipulasi yang dapat dilakukan antara lain
Penggunaan Bahan organik.
Dengan penambahan lempung dan bahan organik secara bersama-sama kedalam tanah pasir diharapkan dapat memberikan keuntungan terhadap perbaikan kualitas struktur tanah. Dengan struktur tanah yang baik serta dengan perimbangan dan penyebaran pori yang baik, maka agregat tanah dapat pula memberikan imbangan padat dan ruang pori yang lebih menguntungkan terutama bagi tanaman.
Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 15 – 20 ton. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha.
Penggunaan Mulsa.
Penggunaan mulsa ini sangat penting dilahan pantai karena dapat menghemat lengas tanah sehngga kebutuhan lengas untuk tanaman terutama pada musim kemarau diharapkan dapat tercukupi. Dari hasil penelitian pemberian mulsa glerecidea dan jerami padi sebanyak 20-30 ton dapat meningkatkan hasil pada tanaman jagung di lahan pantai, selain itu pemberian mulsa berupa pangkasan tanaman ternyata juga lebih efektif sebagai mulsa dibadingkan dengan pemerian pupuk hijau.
Penggunaan pematah angin
Fungsi utama wind breaker adalah untuk mereduksi kecepatan angin. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi kerusakan mekanis karena patah atau hilangnya organ-organ tanaman, kegagalan pembungaan dan penyerbukan, bentuk habitus dan pertumbuhan yang mengalami kelainan serta untuk mengurangi laju evapotranspirasi yang tinggi. Pematah angin dapat berupa tanaman dan juga bangunan sementara. Bangunan sementara dapat dibuat dari anyaman bambu, daun tebu, atau daun kelapa. Sementara itu, pematah angin yang bersifat tetap berasal dari tumbuhan tahunan yang umurnya panjang dan dapat diatur pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan, misalnya: kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro, bunga turi dan lain-lain.
Penggunaan sistem lorong
Alternatif lain dalam teknologi budidaya yang dapat diterapkan untuk lahan pantai adalah sistem penanaman lorong (alley cropping). Sistem penanaman lorong merupakan sistem penanaman dengan menanam pohon-pohon kecil dan semak dalam jalur-jalur yang agak lebar dan penanaman tanaman semusim di antara jalur-jalur tersebut sehingga membentuk lorong-lorong. Tanaman lorong biasanya merupakan tanaman pupuk hijau atau legume tree. Di lahan pantai, budidaya lorong diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti: intensitas matahari, erosi permukaan oleh angin, dan laju evapotranspirasi. Selain itu, dapat juga berfungsi sebagai pematah angin sehingga mereduksi kecepatannya.
Hidrologi dan Irigasi
Ketersediaan air irigasi di lahan pantai yang terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam penggunaan air irigasi. Irigasi dilahan pantai selama ini dilakukan dengan cara penyiraman dan penggunaan sumur renteng . Sedangkan untuk mengurangi kehilangan air siraman dan mempertahankan lengas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan lembaran plastik yang ditanam pada jeluk 30 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu lapisan kedap guna mencegah atau menghambat agar air irigasi yang diberikan dapat ditahan oleh lapisan tersebut sehingga efisiensi pemanfaatan air oleh tanaman dapat ditingkatkan.
Dalam pengelolaan lahan pantai selain harus menggunakan berbagai teknologi untuk memanipulasi lahan, kita juga harus memperhatikan pula kelestarian lingkungan di lahan pantai, hal ini dilakukan terutama terhadap sumber daya air tawar yang sangat penting bagi pertanian lahan pantai. Jangan sampai menggunakan air tanah secara berlebihan karena dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan, untuk itu manajemen untuk mempertahankan kelengasan sangat penting terutama dalah hal untuk mengawetkan keberadaan sumber air tawar di pantai. Selain itu dalam pelaksanaan pertanian lahan pantai harus pula memperhatikan kehidupan sosial para warganya, jangan sampai cara-cara budidaya yang ada bertentangan dengan adat istiadat warga sekitarnya.
Sumber Pustaka
Setiawan, A. N. 1996. Teknologi budidaya pertanian lahan pantai dan permasalahannya. Agr UMY 4 (2): 42-45.
Sriyadi. 1999. Studi komparatif usahatani lahan pantai irigasi sumur pompa dan irigasi sumur tanpa pompa di kecamatan Panjatan kabupaten Kulon Progo. Agr UMY 7 (1): 31-35.
Triwahyuningsih, N. 1997. Pengaruh pemberian pupuk organik blotong terhadap pertumbuhan akar dan hasil jagung (Zea mays, L) pada tanah pasir pantai. Agr UMY 5 (3): 1-5.
Yuwono, N.W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 9 (2): 137-141.
The main factor could be to sum up for your visitor what�s recognised concerning specified researching predicament prior to deciding to perform the actual examination. https://imgur.com/a/YOjpkAH https://imgur.com/a/lcNynLp https://imgur.com/a/0qb5lxt https://imgur.com/a/MHlptfK http://pyq39lcg5e.dip.jp http://556ghnmarw.dip.jp http://fukbi2zbvy.dip.jp
BalasHapus