Langsung ke konten utama

Pupuk Organik Granul Alternatif Baru Sumber Organik Tanah

A. Mengapa Harus Granul?
Secara umum, pupuk organik yang beredar di pasaran memiliki berbagai macam bentuk, di antaranya curah, granul, cair, pelet, tablet, dan briket. Pemilihan bentuk tersebut disesuaikan dengan tujuan penggunaan, biaya produksi, dan aspek pemasaran lainnya. Bentuk curah atau fraksi-fraksi halus dari limbah organik yang telah terdekomposisi biasanya dipilih jika pupuk organik digunakan untuk kebutuhan sendiri. Namun, apabila tujuan pembuatan pupuk untuk skala komersial sebaiknya pupuk organik dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu agar tidak meruah dan mudah didistribusikan.
Salah satu bentuk pupuk organik yang lazim ditemukan adalah butiran atau granul. Di pasaran, pupuk ini lebih dikenal dengan sebutan pupuk organik granul (POG). Pupuk organik granul umumnya memiliki kepadatan
tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan hanyut terbawa air. Bentuk granul juga dapat memudahkan aplikasi di lapang. Pasalnya, petani terbiasa menggunakan pupuk yang berbentuk granul karena mudah ditaburkan. Selain itu, pupuk berbentuk granul juga cocok digunakan untuk aplikasi pupuk di perkebunan skala besar yang menggunakan aplikator pupuk.
Jika dibandingkan antara pupuk organik granul murni dan kompos berbentuk curah, keduanya memiliki kualitas yang relatif sama karena bahan baku utama pupuk organik granul adalah kompos. Namun, kualitas pupuk organik granul akan menjadi lebih baik apabila diperkaya dengan unsur hara dan mikroba fungsional. Sementara itu, dilihat dari daya serap tanaman, baik kompos maupun pupuk organik granul sama-sama akan diserap tanaman secara perlahan-lahan (slow release). Namun, hal ini menjadi keunggulan bagi keduanya karena dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama. Dengan efisiensi yang lebih tinggi karena jumlah pupuk yang terbuang lebih sedikit, keberadaan pupuk organik granul di lingkungan akan menjadi lebih lama dibandingkan dengan kompos biasa.

B. Pupuk Organik Granul sebagai Sumber Bahan Organik
Kerusakan yang terjadi di lahan persawahan terutama disebabkan oleh rendahnya kandungan bahan organik. Sekitar 65% dari 7,9 juta ha lahan sawah di Indonesia memiliki kandungan bahan organik rendah sampai sangat rendah (C-organik <2%). Cara yang paling efektif untuk memperbaikinya adalah mengembalikan bahan organik dalam bentuk pupuk organik ke lahan pertanian. Untuk memberi kemudahan bagi petani dalam melakukan pemupukan, maka pupuk organik yang diberikan ke lahan pertanian dibuat dalam bentuk pupuk organik granul. Dampak yang akan diperoleh dari pemupukan ini tidak hanya peningkatan kandungan C-organik, tetapi akan terjadi juga perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah secara keseluruhan.
Penyebab Rendahnya Kandungan C-organik
- Intensitas pertanaman yang tinggi dengan pengelolaan yang salah dapat mengakibatkan pengurasan unsur hara tanah, sehingga terjadi defisit hara.
- Penggunaan pupuk kimia dalam jangka waktu lama secara terus-menerus dengan dosis yang tinggi dan tidak diimbangi dengan pupuk organik.
- Tidak dikembalikannya sisa tanaman ke dalam tanah.

C. Peluang Berbisnis Pupuk Organik Granul (POG)
Produksi POG sangat erat kaitannya dengan kebijakan dari Kementerian Pertanian, yaitu kebijakan subsidi pupuk organik dan bantuan langsung pupuk dalam bentuk POG. Tercatat angka kebutuhan POG sebesar 4,67 juta ton pada tahun 2009 dan 4,14 juta ton pada tahun 2010. Sementara itu, alokasi pupuk organik bersubsidi dalam bentuk POG sebesar 450 ribu ton pada tahun 2009 dan 910 ribu ton pada tahun 2010. Selain alokasi pupuk bersubsidi, pemerintah juga memberikan bantuan langsung pupuk dalam bentuk POG dengan jumlah yang dialokasikan sebesar 191,516 ribu ton pada tahun 2009 dan 293,293 ribu ton pada tahun 2010. Namun, besarnya alokasi POG bersubsidi maupun bantuan langsung pupuk tersebut, ternyata masih belum bisa memenuhi kebutuhan POG secara keseluruhan.
Pelaksanaan kebijakan subsidi maupun bantuan langsung POG dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian melalui Public Service Obligation (PSO) kepada BUMN yaitu PT Pupuk Sriwidjaja, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk Kalimantan Timur untuk subsidi POG. Sementara itu, pemerintah menjalin kerja sama dengan PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, dan PT Berdikari untuk bantuan langsung POG. Dengan adanya penugasan tersebut, maka dengan sendirinya BUMN yang ditunjuk harus mendirikan industri POG, bekerja sama dengan industri POG, atau membina perusahaan untuk memproduksi POG.
Kebijakan-kebijakan di atas telah mendorong berdirinya pabrik-pabrik POG berskala besar. Pabrik tersebut umumnya bertindak atau berfungsi sebagai mitra produksi bagi BUMN yang telah mendapatkan penugasan dari Kementerian Pertanian. Biasanya, proses produksi terikat dalam kontrak waktu yang ketat dan singkat, sehingga memerlukan peralatan dan bahan baku POG dalam jumlah yang cukup banyak.
Selain itu,meningkatnya kesadaranakan pertanian organik yang didukung oleh Kebijakan Go Organik 2010 dari Kementerian Pertanian, telah mendorong meningkatnya permintaan terhadap produk pertanian organik. Faktor yang lain seperti meningkatnya pemahaman yang benar akan fungsi pupuk organik, semakin mahal dan sulitnya mendapatkan pupuk kimia, serta berlimpahnya limbah organik yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk organik, telah ikut mendorong meningkatnya penggunaan pupuk organik.
Faktor-faktor di atas telah memberikan gambaran peluang berbisnis POG yang menggairahkan dan mendorong berdirinya produsen POG untuk menjual POG yang dihasilkannya ke pasaran bebas. POG yang dijual ke pasaran bebas biasanyatidakterikat dengan sistem subsidi atau bantuan langsung POG yang dikelola Kementerian Pertanian. Umumnya, produsen POG tersebut merupakan pengelola kebersihan yang memanfaatkan sampah organik menjadi kompos, kemudian memprosesnya menjadi POG. Kapasitas produksinya lebih kecil dan proses produksinya tidak terikat dengan kontrak waktu yang ketat, sehingga peralatan yang dibutuhkan tidak selengkap jika dibandingkan dengan produsen yang terikat dengan sistem subsidi atau bantuan langsung POG yang dikelola Kementerian Pertanian.


Sumber Referensi :
Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah Oleh Sri Wahyono, S.Si., M.Si., Ir. Firman L Sahwan, M.Si., & Drs. Feddy Suryanto

Sumber
                                                  By : Staff Humas-MedInfo

Komentar

  1. Menarik sekali pembahasan mengenai pupuk organik granule. terobosan baru dalam teknologi pengemasan pupuk organik. Semakin enak saja buat aplikasi di lahan..

    BalasHapus
  2. tulisannya membuat saya ingin bertanya,mas kalo dari tanah biasa bisa di bikin granul gini tidak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer