Langsung ke konten utama

Pelaksanaan Penanaman Tanaman Reboisasi

 A. Persiapan Lapangan
Sebelum kegiatan penanaman di lapangan dilaksanakan, perlu adanya persiapan yang baik dalam rangka pencapaian keberhasilan tanaman (tanaman pokok jenis kayu-kayuan dari MPTS) yang disesuaikan dengan rancangan.
Kegiatan persiapan lapangan meliputi:
1. Penyimpanan dokumen rancangan pembuatan tanaman untuk lokasi/blok/petak sasaran pembuatan tanaman reboisasi
2. Penyiapan organisasi pelaksana (Pemimpin Pelaksana, Mandor/pengawal dan tenaga kerja) dan koordinasi dengan pihan terkait untuk lokasi dan luas areal yang akan direboisasi, serta penyusunan tata waktu kegiatan dan pembagian kerja yang rasional.
3. Peyiapan area reboisasi dari konflik agar penanaman dapat berjalan lancar melalui sosialisasi rencana penanaman

4. Penyiapan bahan (bahan gubuk kerja, papan nama, patok batas, ajir) dan alat pengukuran (GPS/alat ukur theodolit, kompas, altimeter dan lain-lain) dan perlengkapan kerja.
5. Pengukuran ulang batas-batas lokasi, pemancngan patok, pembuatan gubuk kerja, papan nama dan penyiapan lahan dalam rangka penerapan pola tanam yang sesuai dalam petak tanaman, pembuatan jalan pemeriksaan hutan yang layak/memenuhi syarat dan lain-lain. Jalan pemeriksaan harus berhubungan dengan jalan angkutan.
6. Pemasangan ajir dan penentuan arah.letak tanaman sesuai dengan rancangan. Pola tanam dapat dilakukan secara semplongan atau sistim jalur sesuai kontour secara merata di seluruh petak, menyesuaikan keadaan lapangan (mempertimbangkan tegakan sisa dan kemiringan lahan)
7. Penyiapan bibit pada tempat penampung sementara.

B. Pembuatan Tanaman
1. Persiapan
a. Penyiapan dokumen rancangan dan peta rancangan
b. Penyiapan bahan, peralatan /perlengkapan kerja & tenaga kerja
c. Pembukaan dan pembersihan lahan, pembuatan lubang tanaman sesuai ajir, penyiapan pupuk dasar. Disamping itu perlu juga dibuat piringan tanaman yang bersih dari tonggak dan tanaman pengganggu.
d. Distribui bibit dari tempat pengumpulan bibit sementara (TPS) ke petak tanaman, dan menempatkannya menurut arah larikan dan lobang tanaman
2. Penanaman
a. Sebelum penanaman bibit harus diperhatikan:
• Media biibit kompak dan mudah dilepas dari polybag
• Kondisi lobang tanaman telah dipersiapkan dengan baik dan tidak tergenang air
• Kondisi bibit dalam keadaan sehat dan memenuhi standar/kriteria yang telah ditetapkan untuk ditanam
b. Penanaman bibit.
• Saat penanaman harus disesuaikan dengan musim tanam yang tepat.
• Polybag dilepas dari media tanaman dengan hati-hati sehingga tidak merusak sistem perakaran tanaman
• Bibit dan media diletakkan pada lobang tanaman dengan tegak lurus
• Lobang tanaman ditimbun dengan tanah dicampur pupu dasar sampai lebih tinggi dari permukaan tanah
c. Pemeliharaan Tahun berjalan
• Pemeliharaan tahun berjalan (T-0) dilakukan dengan penyulaman tanaman yang mati sejumlah 10% (110 btg./ha) sekitar satu bulan setelah tanam.
d. Hasil Pembuatan Tanaman
• Terwujudnya tanaman reboisasi sejumlah 1.100 btg/ha termasuk penyulaman (10% – 110 btg Per Ha), tersebar merata sesuai reancangan
• Untuk memberikan akurasi realisasi tanaman dilakukan penilaian kerja pembuatan tanaman yang diatur dalam petunjuk pelaksanaan tersendiri

C. Organisasi Pelaksanaan
Agar pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, maka disusun organisasi pelaksanaan di lapangan sebagai berikut:
1. Pelaksana kegiatan pembuatan tanaman reboisasi hutan lindung dan hutan produksi adalah satker Dinas/Intansi yang mengurusi Kehutanan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab pelaksanaan reboisasi di wilayah kerjanya.
2. Penanaman dilakukan oleh pemimpin pelaksana bekerja sama dengan kelompok tani.masyarakat setempat sekitar hutan, melalui surat perjanjian kerja sama (SPKS)
3. Penanaman di wilayah perum perhutani dilaksanakan oleh perum perhutani sesuai pedoman reboisasi GN RHL/Gerhan ini.
4. Untuk lokasi yang terpencil, rawan keamanan dan kesulitan tenaga kerja dapat dilaksanakan oleh satker pelaksana secara swakelola melalui kerja sama dengan TNI

D. Hasil Pelaksanaan
Hasil kegiatan pelaksanaan pembuatan tanaman reboisasi tahun berjalan (T-0) dikawasan hutan lindung dan hutan produksi sesuai target luas dan jumlah tanaman dalam rancangan dan dokumen kegiatan/anggarannya.

Sumber : Lampiran 1 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.03/MENHUT-V/2004 Tanggal: 22 Juli 2004

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer