Langsung ke konten utama

Hasil Penelitian Harus Berdampak Positif Terhadap Petani

Ketika berbicara tentang pangan, langsung terlintas dalam benak kita adalah beras, walaupun ada pengganti lain seperti jagung, singkong, ubi, sagu, ataupun sukun. Hal inilah yang dibahas bersama antara Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) dengan Badan Litbang Pertanian dalam acara "Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00.


Dr. Benyamin Lakitan, Deputi bidang Kelembagaan Iptek KRT, mengatakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap beras karena kondisi sosiokultural dari masyarakat Indonesia. “Orang Indonesia belum puas kalau belum makan nasi, kalau makan spageti atau roti hanya untuk meningkatkan gengsi bukan bermaksud mengganti bahan pokok, padahal sama-sama karbohidrat". Untuk mendukung ketahanan pangan, KRT memberikan dukungan dalam pengembangan teknologi, bahkan menjadi salah satu fokus riset. Dalam pembuatan teknologi ini KRT bekerjasama dengan Kementerian Pertanian. Benyamin mengatakan bahwa pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan KRT merupakan produk yang mudah digunakan karena ditujukan untuk petani sebagai subyek pertanian.
"Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00 (Sumber: TV One).
Lebih lanjut disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono bahwa dukungan Badan Litbang Pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani tidak terlepas dari 4 Target Sukses Kementerian Pertanian, yaitu, 1) Swasembada berkelanjutan (padi dan jagung), swasembada kedelai, tebu dan daging; 2) Diversifikasi pangan; 3) Peningkatan nilai tambah ekspor dan daya saing produk pertanian, dan 4) Kesejahteraan petani. Sedangkan peranan Badan Litbang Pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani adalah peningkatan produktivitas melalui penciptaan varietas baru. Sejak tahun 2005 s.d. 2010 telah ditemukan 31 varietas unggul baru padi lahan sawah (irigasi), lahan kering, maupun lahan rawa. Khusus untuk lahan sawah sampai saat ini telah ditemukan varietas unggul baru padi INPARI 1 s.d. 13 yang tahan wereng.

Selain itu, dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan iklim global, telah ditemukan varietas padi yang tahan cekaman, seperti padi yang tahan kekeringan maupun padi yang tahan rendaman. Hal ini sangat penting untuk menunjang ketahanan pangan, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara maksimal seperti pemanfaatan plasma nutfah yang sangat besar, di luar padi, jagung dan ubi-ubian, dan sebagainya.

Namun Kabadan pun mengakui bahwa untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dibutuhkan kerjasama dari semua pihak terutama di daerah. Menurutnya pemerintah daerah merupakan motor utama pembangunan, karena dapat memberikan pemahaman dan gerakan nyata. “Daerah lebih proaktif mencari teknologi, Badan Litbang Pertanian sudah menyiapkan infrastruktur penyediaan benih/bibit yang cukup untuk 2011-2014 ini” jelas Haryono.

Di akhir diskusi Kabadan menegaskan bahwa sebagai lembaga penelitian dalam bidang pertanian, selain dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, hasil penelitian harus dapat dimanfaatkan oleh petani dan mempunyai dampak positif yang luas di masyarakat.



Sumber Berita: Badan Litbang
Gambar: ilustrasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer