Langsung ke konten utama

Laporan Penelitian KSI 2020: Abon Jambu Mete Sebagai Pemanfaatan Sisa Jambu Mete Bernilai Ekonomis Untuk Petani

 Laporan Penelitian KSI 2020: Abon Jambu Mete Sebagai Pemanfaatan Sisa Jambu Mete Bernilai Ekonomis Untuk Petani

 


Gambar Abon Jambu Mete

       Penelitian Kelompok Studi Ilmiah atau disebut PETISI, kembali melakukan riset yang kreatif lagi bermanfaat bagi masyarakat. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret yang tergabung dalam organisasi Kelompok Studi Ilmiah tersebut beranggotakan Alfian Khamal Mustofa (Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, 2019), M. Aziz Nurdiyanto (Agroteknologi, 2018), Riyadhul Badi’ah (D3 Agribisnis Minat Peternakan, 2019), Suci Ayu Rohayati (D3 Teknologi Hasil Pertanian, 2019) dan Uswatun Hasanah (Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, 2018) menyulap sebuah Jambu Mete menjadi Abon yang bernilai ekonomis. Berawal dari sebuah temuan masalah kurang dimanfaatkannya jambu mete oleh petani mete di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri. Mahasiswa PETISI tersebut melakukan penelitian dengan melakukan berbagai pengamatan dan pengkajian studi pustaka. Menurut Badan Pusat Statistiik (BPS) menyatakan bahwa luas areal perkebunan mete di Kecamatan Jatiroto pada tahun 2014 seluas 3.739 ha dan merupakan kecamatan dengan areal perkebunan jambu mete terluas di Wonogiri.

Halo Sobat Ilmiah KSI! 

pada postingan sebelumnya, Minksi telah menjelaskan tentang pemanfaatan jambu mete sebagai abon jambu mete. Nah sudah membaca belum? kalau belum yuk langsung baca postingan sebelumnya ya Sobat Ilmiah!

Nah....untuk Sobat Ilmiah yang sudah ingin tahu bagaimana bentuk lengkap laporan penelitian KSI 2020 tentang abon jambu mete sebagai pemanfaatan sisa jambu mete bernilai ekonomis untuk petani? 

Yuk langsung klik link di bawah ini untuk mendapatkan PDFnya ya teman-teman!

Laporan Penelitian KSI 2020: Abon Jambu Mete Sebagai Pemanfaatan Sisa Jambu Mete Bernilai Ekonomis Untuk Petani? 

Sampai berjumpa lagi Sobat Ilmiah.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer