Langsung ke konten utama

Mengidentifikasi Gejala dan Tanda Hama Penyakit

Contoh cara mengidentifikasi gejala dan tanda penyakit pada tomat. 
Gejala yang muncul pada tomat muda adalah sebagai berikut
Gejala muncul pada buah tomat berupa bercak kering yang bentuknya tidak beraturan
Cara menentukan penyebab dari gejala yang terjadi ialah dengan:

1. Observasi: 
Langkah awal yang dilakukan untuk identifikasi ialah dengan observasi. Observasi dilakukan terhadap tanaman dengan memperhatikan gejala yang muncul serta observasi terhadap lingkungan tempat hidup tanaman.
Gejala yang ada pada buah tomat berupa bercak kering yang bentuknya tidak beraturan sehingga terlihat seperti kudis. Bercak kering tersebut berwarna coklat hingga hitam, dan bagian tengahnya cekung kedalam. Terdapat semacam halo yang mengitari bercak kering tersebut dan berwarna lebih terang daripada warna buah, namun pada sebagian lainnya halo sudah tidak kentara. 
Menurut narasumber yang membawa sampel, mengatakan bahwa gejala tersebut didapat dari tomat yang ditanam di rumah kaca/ green house, dengan kondisi suhu panas. 

2. Hipotesis:
Berdasarkan gejala visual yang nampak berupa bercak kering dan tidak terdapat hifa, maka diduga bahwa penyakit yang terjadi disebabkan oleh jenis bakteri. Menurut Harahap (2013), gejala penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama:
a. Kematian  cepat  sel-sel  jaringan  tanaman  yang  diinvasi  oleh  bakteri  patogen yang  menimbulkan  terakumulasinya  pigmen  gelap,  seperti  hasil  oksidasi polifenol  dan  melanin  seringkali  berasosiasi  dengan  khlorosis  disekitar jaringan. Contoh: bercak nekrotik (spot) dan hawar (blight). Bakteri penyebabnya merupakan kelompok Xanthomonas dan Pseudomonas.
b. Invasi yang progresif jaringan vaskular yang diikuti oleh nekrosis jaringan yang berdekatan yang bisa menyebabkan layunya tanaman inang. Contoh: layu pembuluh.
c. Hancurnya jaringan tanaman karena hancurnya sel, yang dikenal sebagai gejala busuk lunak (soft-rot). Contoh: busuk lunak
d. Abnormalitas  pembelahan,  pemanjangan,  dan  perkembangan  sel,  menghasilkan 
e. Pertumbuhan berlebihan (overgrowth). Contoh : tumor, nodule (bintil), and fasiasi.

3. Diagnosis
Tahapan selanjutnya ialah diagnosis. Tahapan dalam diagnosis ialah sebagai berikut:
a. Mengamati gejala yang terjadi pada tanaman. 
b. Melakukan studi pustaka dengan mencocokkan gejala dengan referensi yang ada. 
c. Apabila, masih sulit maka perlu mengisolasi gejala yang muncul pada media selekstif.  
d. Gejala dan tanda penyakit yang belum di kenal sebiaknya di lakukan penelitian lebih lanjut. Perlu di lakukan pengujian untuk membuktikan hipotesis bahwa mikroorganisme tersebut penyebab penyakit dengan serangkaian postulat Koch. 

Pada diagnosis ini, penulis hanya sampai tahapan melakukan kajian pustaka dan mencocokkan gejala yang muncul dengan referensi yang ada. Referensi utama yang digunakan berasal dari buku Plant Pathology Agrios 5th Edition dan foto gejala dicocokkan dengan koleksi gambar penyakit pada tomat yang ada di website Departement of Plant Pathology, The Ohio State University. Berdasarkan kajian pustaka tersebut diketahui bahwa gejala pada buah tomat muda terjadi akibat bakteri Xanthomonas campestris pv. vesicatoria. Deskripsi gejala akibat serangan Xanthomonas campestris pv. vesicatoria sangat sesuai dengan kenampakan visual yang muncul pada sampel. Foto gejala juga sesuai dengan referensi koleksi gambar penyakit akibat Xanthomonas campestris pv. vesicatoria.

Deskripsi Pathogen Penyebab Gejala
1. Nama Penyakit
Penyakit ini umumnya dikenal sebagai bacterial spot, bercak bakteri, bercak kering bakteri, atau kudis bakteri (Pracaya 1998). 

2. Nama Pathogen
Pathogen penyebab penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas campestris pv. vesicatoria. Bakteri Xanthomonas campestris pv vesicatoria bersifat aerob, gram negatif dan diujungnya mempunyai satu flagella. Pada media agar bakteri ini berbentuk bulat, berlendir, dan setelah 2 hari masa inkubasi pada temperatur 30°C akan terlihat berwarna kuning mengkilat (Srinivasan 2010). 

3. Gejala akibat serangan pathogen
Penyakit ini dapat menyerang seluruh bagian tanaman seperti daun, batang, dan buah (Panjaitan et al. 2014). Umumnya gejala yang muncul berupa bercak berukuran kecil (diameter 3 mm), berwarna coklat, berbentuk bulat dengan bagian tepinya basah. Pada daun, gejala muncul sebagai bercak kecil, tidak teratur, dan berwarna hitam. Daun dengan terserang banyak bercak lama kelamaan akan berubah warna menjadi kuning. Infeksi pada bagian bunga akan mengakibatkan kegagalan pembungaan. Infeksi pada buah tomat muda, berupa bercak kering berukuran kecil, yang kadang-kadang memiliki halo (lingkaran berwarna lebih cerah diluar bercak). Setelah buah berkembang, halo mulai menghilang dan bercak menjadi coklat gelap dan sedikit cekung, dengan permukaan berkeropeng seperti kudis (Agrios 2005). 
Gejala becak bakteri pada daun tomat memiliki gejala yang hampir mirip dengan bercak kering dan bercak abu-abu. Tidak seperti bercak kering yang disebabkan oleh Alternaria solani, gejala bercak bakteri pada tomat bagian penggiran bulatannya relatif licin. Gejala bercak bakteri umumnya warnanya gelap, sebarannya kurang seragam dibandingkan dengan bercak abu-abu. Dalam kondisi optimum gejala bercak bakteri tersebut akan menyatu dalam bentuk goresan gelap. Bercak pada buah tomat dimulai dari gejala munculnya bercak kecil melepuh atau seperti tersirap air panas, kemudian berwarna coklat seperti kudis dan dibagian tengahnya agak cekung (Srinivasan 2010).

4. Biologi pathogen dan daur penyakit
Xanthomonas campestris pv. vesicatoria mampu bertahan pada tanaman tomat, pada benih, dan potongan bagian yang luruh dari tanaman yang terinfeksi. Pathogen ini juga dapat tumbuh pada tanaman inang lain serta beberapa spesies gulma, yang mampu menjadi sumber inokulum. Umumnya infeksi Xanthomonas campestris pv. vesicatoria sebagian besar disebabkan oleh bahan benih/ biji yang terkontaminasi. Jika benih yang terkontaminasi dikecambahkan, maka ia akan menjadi sumber inoculum primer untuk penyebaran pathogen ke tanaman lainnya di area perkecambahan dan area setelah transplantasi. Di area produksi (baik di lahan atau rumah kaca), pathogen menginfeksi tanaman sehat melalui penerasi ke lubang alami seperti stomata dan hidatoda serta melalui luka pada tanaman selama praktek agronomis (misalnya pemangkasan). Pathogen menyebar melalui percikan air, angin- selama hujan, dan air irigasi (terutama irigasi sprinkle). Setelah terinfeksi, tanaman mulai mengembangkan lesi berupa bercak pada daun serta buah, yang dapat menjadi sumber inokulum untuk infeksi lebih lanjut.
Siklus Penyakit Bercak Bakteri Xanthomonas campestris pv. vesicatoria ialah sebagai berikut:

5. Epidemiologi 
a. Sumber inoculum
Benih yang terkontaminasi dan kegiatan transplantasi (apabila ada bibit tanaman terinfeksi yang ikut di transplantasi) merupakan sumber inokulum primer penyakit bercak bakteri. 
Selain itu, tanaman inang lain dan potongan sisa residu tanaman yang terkontaminasi dimungkinkan juga menjadi sumber inokulum primer yang menyebarkan penyakit ini. Inoculum sekunder dihasilkan di lahan dan umumnya berupa eksudat bakteri yang keluar dari hasil perkembangan luka di bagian aerial tanaman. Eksudat bakteri akan mengontasimasi alat pertanian yang digunakan. Alat pertanian misalnya gunting pemangkas yang terkontaminasi selama praktek agronomi di tempat produksi tomat menjadi sumber inokulan sekunder yang akan menyebarkan pathogen ke tanaman lainnya (Jones et al. 1986).

b. Infeksi 
Infeksi dari pathogen dapat berupa eksudat pathogen dari bercak luka pada daun dan batang yang menyebar melalui percikan air, irigasi sprinkle, dan angin selama hujan. Bakteri Xanthomonas campestris pv. vesicatoria dapat masuk ke tubuh tanaman inang melalui lubang alami seperti hidatoda, stomata dan lentisel (Allipi, 1992). Selain itu, luka, yang disebabkan oleh praktek agronomi (grafting, clipping, pemangkasan, dan selama penyemprotan dengan pestisida dengan alat bertekanan tinggi) mampu menjadi jalan masuk penetrasi pathogen. 
Periode antara infeksi dan ekspresi gejala bervariasi, mulai dari 8 sampai 21 hari, dan ditentukan oleh suhu, umur tanaman dan karakteristik tanah, termasuk status hara tanaman. Di rumah kaca, kerapatan tanaman tinggi dan kelembaban dan suhu hangat memberikan kondisi pertumbuhan yang optimal bagi pathogen. Suhu pertumbuhan yang optimal untuk perkembangan pathogen adalah antara 250- 300 C. sementara itu, kelembaban yang optimal bagi perkembangan pathogen ialah > 80% (Holt, 1994). 
Infeksi pathogen umumnya akan menimbulkan gejala berupa bercak berukuran kecil (diameter 3 mm), berwarna coklat, berbentuk bulat dengan bagian tepinya basah (Pracaya 1998).

c. Penyebaran pathogen
Penyabaran pathogen teutama berasal dari biji yang terkontaminasi dan tanaman sakit yang ikut tertranplantasi di lahan produksi.  Adanya tanaman sakit yang tertransplantasi akan sangat mengancam budidaya tanaman karena menjadi sumber inoculum yang mampu menginfeksi tanaman sehat lain ketika beberapa ribu tanaman baru transplantasi tumbuh bersama-sama di lahan. Penyebaran jarak pendek patogen dimungkinkan melalui air irigasi terutama irigasi sprinkle, angin selama hujan, dan alat yang terkontaminasi, seperti gunting pemangkasan, pisau dan klip. Penyebaran jarak jauh tomat dan parika pembawa terinfeksi pathogen umumnya terkait dengan perdagangan benih yang terinfeksi dan transplantasi bibit yang diintroduksi ke daerah lain (Stall et al. 1993).

d. Kelangsungan hidup pathogen
Patogen dapat hidup pada tanaman inang dan sisa tanaman inang. Biji tanaman yang terinfeksi merupakan media perantara bagi kehidupan dan penyebaran pathogen Xanthomonas campestris pv. vesicatoria yang utama untuk mendukung kelangsungan hidup pathogen. Tanaman inang utama yang mendukung kelangsungan hidup dari pathogen ini adalah tomat dan pepper (EFSA 2014). 

6. Inang pathogen
Inang utama pathogen ialah tomat dan pepper (EFSA 2014). Pathogen telah dilaporkan mempunyai beberapa ras, ada ras yang dapat menyebabkan penyakit pada pepper dan tomat dan ada ras yang hanya menyerang tomat atau pepper saja (Srinivasan 2010). 

7. Rekomendasi pengendalian pathogen
Menurut Agrios (2005), pengendalian penyakit bercak bakteri dapat dilakukan melalui:
a. Pergiliran tanaman untuk mencegah terbawanya inokulum dari tanaman inang atau bekas potongan tanaman 
b. Menggunakan biji dan bibit yang bebas dari infeksi penyakit 
c. Perlakuan benih dengan meredamnya kedalam Chlorox (1% sodium hypochlorite) selama 5 menit atau merendamnya dalam air hangat 500C selama 30 menit.  
d. Menyemprotkan fungisida dengan bahan yang mengandung tembaga atau tembaga ditambah Maneb. 
e. Menggunakan kultivar atau varietas tanaman tomat yang tahan terhadap penyakit bercak bakteri.

Selain cara pengendalian diatas, mengatur suhu dan kelembaban iklim mikro agar tidak sesuai dengan kondisi ekologis pathogen akan dapat menurunkan serangan pathogen bercak bakteri. 
Berdasarkan hal-hal diatas, rekomendasi yang dapat diberikan untuk pengendalian pathogen ini di lokasi sampel ditemukan ialah dengan pengaturan suhu dan kelembaban rumah kaca, melakukan sanitasi dan pembersihan sumber inokulum pathogen, dan melakukan perlakuan bibit sebelum tanam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Agri Feature : Pohon Fast Growing Layak Dikembangkan di Indonesia

Tanaman Fast Growing Species (FGS) merupakan tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15 tahun. FGS yang dikembangkan di Perum Perhutani diutamakan jenis-jenis valuable hardwoods . Kelebihan dari valuable hardwoods adalah : mempunyai nilai keuangan yang tinggi, harga yang baik, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, serta kegunaan yang luas mempunyai nilai produk akhir yang tinggi bisa diolah untuk kayu gergajian, plywood atau veneer