Penulis : Triyan Prastiwi
Editor : Silva
Ilustrator : Nona Chayanie
Tepat 57 tahun silam G30S PKI atau gerakan 30 September yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi salah satu sejarah pahit bagi pemerintah Indonesia pada waktu itu. Peristiwa tersebut terjadi tepat hari ini (30/9) pada tahun 1965. PKI merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia. Partai ini mengakomodir kalangan intelektual, buruh, hingga petani. Partai ini dapat dikatakan berhasil mengambil atensi dari rakyat Indonesia pada masa itu. Dibuktikan pada pemilu tahun 1955, PKI berhasil meraih 16,4 persen suara dan menempati posisi keempat di bawah PNI, Masyumi, dan NU.
Secara umum, G30S PKI merupakan peristiwa pemberontakan yang mengakibatkan korban dari kalangan petinggi militer Indonesia di malam 30 September 1965. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak Era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno. Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatnya gerakan tersebut adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan juga PKI, sehingga pertentangan pun muncul di antara keduanya. Selain itu, desas-desus kesehatan Presiden Soekarno juga turut melatarbelakangi pemberontakan G30S PKI. Sejarah berdirinya PKI juga tak lepas dari Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), partai kecil berhaluan kiri yang didirikan oleh tokoh Sosialis Belanda. ISDV menyusup ke partai-partai lokal baik besar maupun kecil, seperti Sarekat Islam (SI). Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.
Peristiwa G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September 1965 hingga memasuki 1 Oktober 1965, PKI mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. Di samping itu, gugur pula ajudan Menhankam/Kasab Jenderal Nasution, yakni Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, dan Brigadir Polisi Satsuit Tubun. Salah satu Jenderal yang berhasil selamat dari serangan PKI adalah AH Nasution. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tidak bisa diselamatkan.
30 September 1965 menjadi sejarah yang sangat memilukan bagi bangsa Indonesia dengan terbunuhnya para perwira tinggi negara di tangan PKI dengan cara yang sangat tidak lazim. Tanggal 30 September merupakan hari berkabung nasional bagi bangsa Indonesia. Setiap tanggal 30 September pemerintah mengimbau agar masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang untuk memberikan penghormatan terhadap para pahlawan Indonesia yang terbunuh dalam tragedi G30S PKI.
Komentar
Posting Komentar