TALA PADA PANCASILA
Hari lahir dasar negara sekaligus ideologi Indonesia merupakan salah satu hari paling sakral bagi bangsa Indonesia. Sebab nilai-nilai dari Pancasila sendiri telah melekat pada norma dan hukum yang berlaku. Hal itu menjadikan Pancasila sebagai pedoman bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai ideologi karena melalui nilai-nilainya dapat menautkan berbagai perbedaan yang ada di tanah air.
Sejarah terbentuknya Pancasila juga telah kita ketahui sejak duduk di bangku sekolah. Masa itu adalah masa dimana kita sebagai pelajar disuguhi ilmu mengenai norma, makna, dan contoh pengamalan nilai Pancasila. Namun, seiring perjalanan waktu pengamalan nilai Pancasila terus mengalami degradasi. Semakin banyak masyarakat Indonesia khususnya generasi muda lupa akan pengamalan tersebut atau malah justru menyimpang dari nilai Pancasila.
Pengamalan nilai Pancasila sebenarnya cukup mudah, karena dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Contoh kecil dari pengamalan tersebut adalah menjalin pertemanan tanpa memandang SARA, menghormati hak dan kewajiban antarsesama, menolong orang yang sedang kesulitan, bahkan membela negara. Berdasarkan keempat contoh kecil itu, dapat dikatakan bahwa kita telah mengamalkan nilai persatuan dan kemanusiaan yang terkandung dalam sila kedua dan ketiga.
Pancasila adalah wajah kita. Wajah yang menjadi gambaran karakter dalam diri. Begitu pula dalam lingkup kampus yang memiliki andil membentuk karakter mahasiswa. Karena mahasiswa merupakan pilar kontrol sosial yang menyuarakan kritik, saran, dan solusi apabila ada suatu pertentangan di negara ini. Itu lah peran pancasila guna membangun jiwa nasionalisme, kritis serta akhlak mulia mahasiswa di kehidupan bermasyarakat. Pancasila membentuk jiwa kritis agar kita sebagai mahasiswa tidak menelan mentah-mentah informasi yang didapat.
Karakter jiwa nasionalisme sebenarnya telah ditunjukan dalam sebuah kisah wayang yang pernah saya baca di sebuah buku. Kisah satria dari Kerajaan Alengka bernama Kumbakarna. Ia tidak tinggal diam ketika negerinya diserang oleh salah satu satria titisan Dewa Wisnu. Penyerangan itu bersamaan dengan peristiwa kakaknya, Rahwana, yang menculik Sinta, istri Rama. Saat akan turun ke medan perang, Kumbakarna berkata “Aku berperang bukan karena membela kejahatan saudaraku, tapi aku berperang karena membela negeriku yang diserang musuh”. Apa yang dilakukan Kumbakarna selaras dengan filosofi nasionalisme dari Inggris yang berbunyi: “Benar atau salah negeriku, harus dan layak untuk dibela, terlepas seperti apapun penguasanya”.
Nilai kehidupan, moral, dan karakter bangsa Indonesia juga harus selaras dengan nilai Pancasila. “Pancasila itu jiwa dan raga kita. Ada di aliran darah dan detak jantung kita, perekat keutuhan bangsa dan negara. Saya Jokowi, Saya Indonesia, Saya Pancasila.” ujar Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia dalam sebuah video yang beliau unggah di sosial media pada tahun 2017.
Komentar
Posting Komentar