Mengenal Emisi sebagai Penyebab Perubahan Iklim Lingkungan Hidup
Penulis : Annida Rachma Wijaya
Editor
: Dillah Madina Mirtasiwi
Ilustrator
: Niken Nur Asih
Emisi
menjadi sebuah
kata yang gencar disebutkan akhir-akhir ini. Mulai dari inovasi munculnya mobil
listrik dengan embel-embel bebas emisi hingga adanya gerakan bebas emisi.
Sebenarnya, apa sih emisi itu dan apa hubungannya dengan lingkungan
hidup? Emisi merupakan suatu istilah yang menyatakan proses perpindahan suatu
zat atau benda. Kata emisi umumnya merujuk pada emisi panas, emisi cahaya,
maupun emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca merupakan proses pemanasan
temperatur bumi. Pemanasan ini berkaitan dengan perubahan iklim hingga
pemanasan global.
Ditinjau dari United States Enviromental
Protection Agenci, gas dengan emisi gas rumah kaca terbesar disebabkan oleh
emisi karbon dioksida (CO2) yang bersumber dari pembakaran bahan
bakar fosil dan proses industri dengan
presentase sebesar 65%, kemudian
diikuti oleh emisi karbon dioksida (CO2) yang bersumber dari
kehutanan dan pemakaian lahan sebesar 11%. Metana, nitrious oksida, dan gas
florin melengkapi gas emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca ini berasal dari sektor industri, sektor
pertanian bahkan dari sektor transportasi sekalipun.
Presentase emisi gas rumah kaca terbesar pada
penggunaan listrik dan pemanas sebesar 25%, diikuti agrikultur, kehutanan, dan
penggunaan lahan sebesar 24%, industri sebesar 21%, transportasi sebesar 14%,
pembangunan sebesar 6%, dan penggunaan energi lain sebesar 10%.
Emisi gas rumah kaca global, terutama emisi
karbon mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya. Terjadi kenaikan
menjadi sebesar 2,2% per tahun sejak periode 2000-2010 dibandingkan periode
1970-2000 yang hanya 1,3% per tahun. Emisi karbon akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya penggunaan energi sebagai penunjang kehidupan manusia.
Terjadinya peningkatan konsentrasi karbon di
atmosfer karena adanya penumpukan senyawa karbon menyebabkan beberapa dampak
buruk bagi lingkungan hidup, antara lain:
1. Adanya peningkatan temperatur bumi setiap
tahun. Peningkatan temperature bumi ini menyebabkan mencairnya es di kutub. Lelehan es di kutub akan berdampak pada meningkatnya volume air laut dan dapat berakibat abrasi pantai, sebagian
pesisir pantainya
terendam air laut, dan munculnya potensi banjir.
2. Adanya kemungkinan terjadi gelombang panas yang
berdampak meningkatnya suhu
hutan dan terjadi kebakaran hutan.
3. Perubahan temperatur akan mengacaukan ekosistem
termasuk hewan dan tumbuhan di dalamnya karena kestabilan terganggu.
4. Cuaca
buruk dan bencana alam akibat adanya perubahan iklim.
Perubahan iklim dan
pemanasan global bukan berarti tidak dapat dicegah, beberapa hal dapat
dilakukan untuk mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca terutama emisi
karbon. Hal-hal tersebut di antaranya:
1. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan meminimalisir penggunaan kendaraan dengan cara menggunakan angkutan umum dan bersepeda atau berjalan kaki apabila memungkinkan.
2. Hemat energi, mematikan alat-alat elektronik
apabila tidak dibutuhkan dan menggunakan air secara efisien.
3. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang
berfungsi untuk fotosintesis CO2 menjadi O2.
4. Melakukan pengelolaan sampah dengan baik,
melakukan pemisahan sampah organik dan nonorganik, serta mengurangi penggunaan
sampah plastik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan energi untuk
pengolahan sampah.
Komentar
Posting Komentar