Langsung ke konten utama

Penerapan Mol sebagai Pengganti Nutrisi pada Tanaman Hidroponik

Hidroponik kini sedang popular dikalangan masyarakat yang tidak banyak memiliki lahan karena sistem tanam ini tidak memerlukan banyak lahan, bahkan bisa didalam ruangan. Selain faktor lahan, hasilnya pun juga sangat menguntungkan. Hidroponik merupakan sistem bertanam yang santai, kita bisa melakukannya tanpa memiliki waktu yang banyak. Selain masyarakat kini banyak tentara-tentara diluar sana yang wajib menerapkan sistem hidroponik dalam kapal maupun ditempat kerjanya guna untuk memenuhi kebutuhan makannnya.
Tanaman dalam Hidroponik membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhannya

Seperti yang telah diketahui hidroponik dalam penanaman tidak menggunakan media tanah, media yang digunakan meliputi sekam, pasir,  batu bata hingga air. Sistem bercocok tanam dengan media tanpa tanah tersebut mampu memberikan solusi bagi masyarakat yang tidak mempunyai lahan pertanian, terkhususnya di perkotaan. Tetapi media tersebut tidak akan lepas dari yang namanya nutrisi, nutrisi sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan mengetahuinya nutrisi terdiri dari mix a dan mix b yang memiliki unsur hara tertentu yang masih bersifat kimia, begitu pula harga nutrisi tersebut relatif mahal mencapai 60 ribuan.

Untuk mengurangi biaya yang terlalu tinggi tersebut kita dapat memanfaatkan bahan-bahan organik disekitar kita yang tidak terpakai yang diolah menjadi nutrisi dengan memanfaatkan mol dalam menguraikannya. MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan - bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme yang tersedia sekitar kita (NOSC, 2012). 

Sehingga tanaman ini juga merupakan tanaman organik yang tentu memiliki keuntungan yang lebih. Organik sendiri adalah Sistem pertanian yang mengedepankan akan ramah lingkungan, sehingga dalam prosesnya menghindari hal - hal yang berbau produk kimia. Pemanfaatan bahan-bahan organik dari masyarakat juga akan mengurangi tingkat banyaknya sampah. 

Pembuatan mol sendiri meliputi 4 tahap:
  1. Menyiapkan bahan-bahan organik kemudian dicacah menjadi potongan yang kecil-kecil agar mudah terurai.
  2. Mencampurkan air bekas cucian beras, pada air ini banyak mengandung nutrisi yang diperlukan tumbuhan dan sekaligus sebagai bahan makanan yang dapat digunakan mikroorganisme
  3. Penambahan molase yang berguna untuk sumber energi bagi mikroorganisme kemudian mendiamkan 15-20 hari.
  4. Seperti itulah tahap-tahapnya, sehingga nutrisi organik siap digunakan. Semoga hal-hal yang telah disampaikan tersebut bisa bermanfaat bagi semua.


Sumber : 
NOSC. 2012. Manual Kompos dan Mol. Bandung: NOSC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN IMPLANTASI PADA MAMALIA

A. Fase Embrionik          Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage) Tiga fase embrionik yaitu : 1. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses t

Teknik Persilangan Bunga Anggrek

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, seperti Dendrobium , Vanda , Arachnis , dan Renanthera , maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan Paphiopedilum . Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah untuk dikembangkan. Namun  potensi  ini  belum  dimanfaatkan secara proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang hanya 3 juta US$ per  tahun. Angka  tersebut  termasuk kecil  jika dibandingkan dengan nilai ekspor Negara tetangga Singapura 7,7 juta US$ dan Thailand 50 Juta US$.  Sementara   potensi   perdagangan   dunia  150 juta US$ per   tahun  (Bank Indonesia 2004). Rendahnya produksi anggrek Indonesia  antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersedi

Warna Ungu Terong

Sudah tidak asing lagikan dengan terung? Iya, terung yang dalam bahasa Inggris disebut  eggplant merupakan sayuran buah yang biasa kita konsumsi. Tapi, apakah kalian sempat memikirkan kenapa terung berwarna ungu? Beberapa orang kebanyakan pasti akan terlintas pertanyaan seperti itu. Sebenarnya ada beberapa warna pada terung, mulai warna ungu, hijau dan akhir-akhir ini telah ditemukan yaitu berkat kultur jaaringan terung berwarnaa pink, unik bukan? Dengan warna yang menarik tersebut mungkin akan menambah selera makan kita. Tetapi kali ini kita akan membahas dibalik warna ungu pada terung. Terong berwarna ungu karena kandungan antosianin  Warna ungu pada terong terbentuk karena andil dari zat antosianin yang merupakan pigmen pemberi warna ungu. Zat ini Merupakan senyawa flavanoid yang melindungi sel dari sinar ultra violet. Terong ungu kaya akan zat antosianin, sehingga warna ungunya cukup mendominasi pada terong. Zat antosianin mampu berperan dalam menghambat oksidasi dari tok